Search This Blog

Monday, September 27, 2010

SEBELUM AKU MATI


Sekali ku hidup, sekali ku mati
Aku dibesarkan di Bumi Pertiwi
     Akan kutinggalkan warisan abadi
     Semasa hidupku, sebelum aku mati
          Lambaian tanganku, panggilan abadi
          Semasa hidupku, sebelum aku mati

Seuntai kalimat yang tertuang sebagai sebuah lagu, begitu indah dan begitu dalam maknanya. Bila kita mau berdiam diri sejenak, merenung, syair
lagu tadi pasti sangat menyentuh nurani. Mbah Gesang, seorang Maestro musik keroncong yang telah meninggalkan kita, menulis lagu itu sebelum beliau dipanggil Sang Maha Pencipta.
Sebuah lagu yang sangat sederhana, namun sarat akan petuah. Satu hal yang sangat mengesan adalah betapa beliau tetap mencurahkan tenaga dan pikiran untuk berkarya hingga menjelang surut usia. Nilai patriotisme, cinta kasih, pemaknaan terhadap hidup sebagai anugerah Ilahi, sungguh beliau bawa hingga akhir hayat. Nilai-nilai luhur yang pada zaman sekarang ini rasanya sudah mulai luntur, tetap beliau pertahankan.
     Sekali ku hidup, sekali ku mati
     Aku dibesarkan di Bumi Pertiwi
Pada saat ini, masih seberapa besarkah nilai-nilai patriotisme yang kita miliki? Mari bertanya pada diri sendiri... Jika pun masih ada, patriotisme seperti apa yang mampu kita ungkap dan wujud-nyatakan?
     Akan kutinggalkan warisan abadi
     Semasa hidupku, sebelum aku mati
Alih-alih memberikan warisan abadi... Rasanya sepanjang hidup ini egoisme dan ketamakanlah yang menguasai diri. Betapa tiap hari yang kita lalui selalu dipadati oleh hasrat untuk memenangkan diri sendiri? Menyalahkan dan mengalahkan orang lain sepertinya sudah menjadi lagu mars yang wajib dinyanyikan setiap hari... Toleransi, solidaritas, kesetiakawanan, dan pemberian penghargaan kepada orang lain seakan semakin menjauh. Benarkah? Dengan batin yang hening dan sunyi kita tentu akan mampu menjawab semua itu dalam kejujuran.

     Lambaian tanganku, panggilan abadi
     Semasa hidupku, sebelum aku mati
Berapa kali dalam sehari kita berani mengajak orang lain melangkah menuju kebaikan? Berapa jenak dalam sehari kita berani menghindarkan diri dari kemunafikan? Berapa hembusan nafas mampu kita hitung dalam satu hari sebagai ungkapan syukur bahwa kita masih hidup?


Mari tafakur...mengucap syukur...selagi hidup masih memanjangkan umur...
Banyak hal yang masih harus kita kerjakan, supaya hidup ini sungguh berarti bagi sesama dan berkenan di hadapan Ilahi.
Mari terus memperjuangkan yang baik, agar kita bisa semakin menjadi berkat bagi orang lain...
Semasa hidup kita....sebelum kita mati...

No comments:

Post a Comment